Tips Content Writer Bisnis Kuliner: Bikin Konten Makanan yang Laris

Bagikan Artikel Ini:

Hesti.id – Gimana caranya bikin orang ngiler hanya lewat tulisan? Kedengeran kayak mustahil, ya? Tapi buat content writer yang fokus nulis buat bisnis kuliner, itu udah jadi rutinitas. Satu kata bisa bikin perut keroncongan. Satu caption bisa bikin orang langsung klik “Order Sekarang”.

Tapi… nggak semua tulisan punya efek magic kayak gitu.

Di tengah banjirnya konten di Instagram, TikTok, bahkan WhatsApp story, konten yang punya cita rasa beda itu mahal. Dan di balik semua konten menggoda itu, sering ada satu peran yang nggak kelihatan: content writer. Mereka bukan chef, bukan juga fotografer, tapi punya pisau tajam yang namanya… kata.

Nah, di artikel ini, kita bakal membahas tips content writer bisnis kuliner—yang bukan cuma enak dibaca, tapi juga laris. Bukan teori doang, tapi juga jurus-jurus rahasia dapur kata-kata yang bisa kamu praktekkan sekarang juga.

Kenapa Bisnis Kuliner Butuh Content Writer?

Coba deh bayangin. Kamu punya usaha mie ayam legendaris yang rasanya bikin nagih, topping-nya melimpah, dan kuahnya tuh… beuh! Tapi kamu cuma ngandelin promosi dari mulut ke mulut.

Sementara di luar sana, ada warung mie instan yang biasa aja, tapi selalu viral karena kontennya lucu, konsisten, dan bikin penasaran.

Yap. Di situlah kekuatan seorang content writer sosial media bekerja. Bukan cuma nulis panjang-panjang, tapi tahu gimana bikin satu kalimat sederhana bisa menempel di kepala orang. Kayak sambal pedas yang rasanya kebayang terus.

Bukan Sekadar Nulis Deskripsi Menu

Banyak orang kira content writer buat bisnis kuliner itu cuma nulis nama menu dan bahan-bahan. Padahal jauh dari itu. Mereka itu storyteller, branding specialist, dan penjual rasa—semua dibungkus satu.

Coba lihat beberapa akun makanan sukses. Mereka tahu kapan harus menggoda, kapan harus bercerita, dan kapan cukup bilang, “Siapa yang lapar malam ini?”

Tulisan yang bagus itu:

  • Ngajak ngobrol, bukan ceramah
  • Nyentuh emosi, bukan cuma kasih info
  • Bikin pembaca ngerasa, “Ini kayaknya enak banget deh!”

Di Era Visual, Teks Masih Penting?

Foto makanan memang penting, tapi kalau caption-nya zonk, orang cuma scroll lewat. Tulisan itu penjelasan dari visual. Dia bantu “menyuarakan” apa yang nggak bisa disampaikan gambar.

Dan hebatnya lagi, konten tulisan bisa hidup lebih lama. Artikel blog tentang “cara memilih bakso yang enak” bisa muncul di Google selama bertahun-tahun. Sementara story IG cuma bertahan 24 jam.

Itulah kenapa content writer bisnis kuliner punya peran vital dan  baik di media sosial, blog, bahkan deskripsi menu di marketplace seperti GoFood, Grabfood atau ShopeeFood.

Tips Content Writer Bisnis Kuliner yang Bikin Orang Beli

Nah, kita masuk ke bagian intinya nih. Buat kamu yang lagi mulai nulis untuk bisnis kuliner, atau pemilik usaha makanan yang pengen kontennya lebih laku, simak tips-tips ini sampai tuntas!

1. Tulis dengan Lidah, Bukan Cuma Otak

Nulis buat kuliner tuh beda sama menulis berita di kompasiana atau blog personal. Di sini, kamu harus bisa menggambarkan rasa. Bukan sekadar bilang “gurih”, tapi bikin pembaca ngerasain rasanya.

Cara terbaik? Riset lapangan. Cicipin makanannya. Kalau nggak bisa, tanya detail dari chef-nya. Gimana aroma rempahnya? Tekstur kulit ayamnya crunchy nggak? Nasinya pulen atau pera?

Deskripsi yang detail dan penuh imajinasi bisa menghidupkan rasa itu di kepala pembaca.

2. Gunakan Bahasa Sehari-hari (Tapi Tetap Cerdas)

Nggak perlu jadi pujangga. Tapi juga jangan kaku kayak teks buku pelajaran. Gabungkan gaya ngobrol, bumbu humor, dan diksi yang tepat.

Contoh:

“Donat ini bukan sembarang donat. Luarannya crunchy, dalemnya empuk kayak pelukan mantan yang masih belum move on. Ditaburi gula halus yang manisnya pas, bukan lebay.”

Kamu bisa mainin metafora, sedikit alusi, bahkan kalimat tanya untuk menghidupkan narasi.

3. Variasi Format Konten

Jangan cuma andelin caption panjang. Kadang orang males baca. Coba pecah jadi:

  • Reel TikTok + copy ringan
  • Carousel IG dengan storytelling singkat
  • Blog post mingguan: “Resep rahasia dapur kami”
  • Email marketing: “Hari ini kamu makan apa?”

Tujuannya bukan cuma jualan, tapi membangun hubungan calon pembelo lewat cerita yang konsisten.

4. Sesuaikan Nada Suara Brand

Cafe hipster di Jakarta tentu beda sama warung pecel legendaris di Jogja. Nah, tugas content writer bisnis kuliner adalah memahami karakter brand dan menyuarakannya dengan gaya yang konsisten.

Pertimbangkan ini:

  • Target audiensnya siapa? Gen Z? Ibu rumah tangga? Pekerja kantoran?
  • Bahasa yang mereka pakai sehari-hari gimana?
  • Brand pengin dikenal sebagai apa? Fun? Nostalgik? Premium?

Semua itu akan mempengaruhi gaya tulisanmu.

Strategi Bikin Konten yang Nggak Gitu-Gitu Aja

Kamu bisa jago nulis, tapi kalau nggak punya arah dan struktur, kontenmu bakal cepat basi. Nah, berikut strategi yang bisa bikin kontenmu tetap segar:

1. Punya Kalender Konten

Konsistensi itu segalanya. Konten bagus tapi cuma sekali doang? Sayang banget.

Bikin kalender konten terjadwal. Nggak perlu ribet, cukup excel sederhana atau pakai tools kayak Notion atau Trello.

Contoh:

  • Senin: Highlight menu baru
  • Rabu: Behind the scene masak
  • Jumat: Cerita pelanggan

2. Mainkan Emosi Pembaca

Kita makan bukan cuma karena lapar. Kadang karena stres, rindu rumah, atau pengen dimanja. Tulisan kamu harus bisa menyentuh sisi itu.

“Masih inget waktu kecil suka dibawain bekal nasi goreng sama ibu? Kami coba bawa rasa itu lagi lewat menu baru kami—nasi goreng kampung pakai telur dadar garing, lengkap sama acar segar bikinan sendiri.”

Jangan takut bermain dengan kenangan, rasa kehilangan, atau harapan.

3. Sisipkan Cerita Nyata

Orang suka cerita. Bahkan cerita pendek gaya blog sederhana bisa lebih berkesan daripada promo besar-besaran.

Kamu bisa tulis tentang:

  • Proses dapur setiap pagi
  • Pelanggan pertama kamu
  • Kenapa kamu bikin menu tertentu
  • Kegagalan lucu waktu awal-awal buka usaha

Semakin nyata, semakin relatable.

Kesalahan Umum Content Writer Bisnis Kuliner

Biar nggak terjebak di lubang yang sama, yuk kenali kesalahan umum ini:

  • Kebablasan promosi: Setiap caption isinya “beli sekarang!”. Capek, bos!
  • Kata-kata generik: Enak, lezat, nikmat. Itu semua kata mati kalau nggak dijelaskan kenikmatannya gimana.
  • Bahasa terlalu baku: Makanan itu personal. Kalau kamu nulis kayak skripsi, mood-nya hilang.
  • Kurang eksplorasi konten: Semua postingan cuma foto makanan dari atas. Bosan!

Cara ngindarinnya?

  • Latih eksplorasi diksi
  • Baca ulang tulisanmu dengan suara keras
  • Lihat apa yang lagi trending dan cocok dikaitkan dengan brand

Studi Kasus:

Dulu, usaha nasi kuning Mama Lilis cuma laku di komplek rumahnya. Setiap pagi, dia masak 10 bungkus. Tapi sejak anaknya yang kuliah di jurusan komunikasi turun tangan bikin konten, ceritanya berubah drastis.

Apa yang mereka lakukan?

  • Posting foto nasi kuning fresh from the rice cooker setiap pagi
  • Caption berisi cerita ringan: “Pagi ini jam 4 udah mulai ngulek sambal”
  • Story IG sambil nyuapin anak tetangga yang mampir
  • Highlight testimoni pelanggan: “Anak saya picky eater, tapi ini habis 2 bungkus!”

Sekarang, Mama Lilis masak 100 bungkus setiap pagi. Dan hampir semuanya habis lewat pre-order via WhatsApp yang dikasih link dari bio Instagram-nya.

Tools yang Bisa Bantu Content Writer Bisnis Kuliner

Kalau kamu pengen kerja lebih efisien, ini tools yang bisa jadi teman dapur digital kamu:

  • Grammarly: Biar typo nggak ganggu rasa
  • Hemingway App: Cek kalimat yang terlalu rumit
  • AnswerThePublic: Cari inspirasi konten seputar keyword makanan
  • Canva: Bikin visual pendukung tulisan kamu

Tapi ingat: tools itu bantu, bukan ganti. Rasa dan gaya tetap datang dari kamu.

Jadi, apakah kamu siap jadi content writer bisnis kuliner yang bikin orang laper cuma karena baca caption instagram doang?

Kalau kamu punya usaha makanan, jangan remehkan kekuatan konten. Kadang yang kamu butuhkan bukan resep baru—tapi cara baru berpromosi lewat konten dan bercerita soal resep lama.

Dan kalau kamu content writer yang pengin terjun ke dunia kuliner, selamat datang di dapur kata-kata yang nggak pernah kehabisan bumbu!

Challenge kecil hari ini: Ambil satu menu dari warung atau cafe favoritmu. Coba tulis ulang deskripsinya dengan gaya kamu sendiri. Siapa tahu, dari situ karier content writermu dimulai

Bagikan Artikel Ini:

Seorang penulis blog pribadi yang ingin curhat soal dunia digital yang semakin canggih dan penuh drama. Gak ingin viral cuma ingin membahagiakan keluarga.

Tinggalkan komentar